Potret Miring (Bagian 4)/Cerita *Tamat*

by: Ichsan Tirtonoto

senyumanku memudar setelah hujan berlalu, tanpa aku sadari aku hanya terdampar sepi disini.

sekilas menerka dalam pandang tak tentu arah membelalak mataku, untuk jatuh dalam lukisan digital yang berpaku miring hampir jatuh diatas perapian itu.

bertahun-tahun aku mencari dalam perjalanan yang menghentikanku pada nostalgia ini. apakah ini yang aku dambakan? apakah ini yang aku cari?.

aku tetap tertipu oleh diriku sendiri sebagaimana imajinasiku liar dalam menuntunku keluar.

ku coba bangkit untuk menggapai potret itu tahap demi tahap.

sinar mentari pagi yang sudah dari tadi terus menyinari jendela kaca yang basah, menyapaku agar memori-memori itu dapat aku temui titik akhirnya.

ku gapai potret itu dengan sesekali menghembuskan debu dan mengusapnya, agar dapat kurangkul kembali misteri ini.

benar saja asaku serasa mati dan jiwaku serasa menjerit, aku seolah tidak menyadari hal yang sedemikian penting dalam perjalananku.

ingin aku menangis sejadi-jadinya namun aku tak sanggup karena terlalu keras mataku menatap, seakan kering air mata ini.

pada akhirnya aku hanya bisa mendoakanmu dari sini, dari bumi ini, dari dimensi ini dan dari hatiku yang paling dalam.

selamat jalan diriku..

dalam potret ini diperistirahatan mu kami memeluk erat jiwa dan cintamu selalu.

fin…